logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Antam-Inalum Bangun Smelter Alumina, BRI Rombak Komisaris

Antam-Inalum Bangun Smelter Alumina, BRI Rombak Komisaris
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi cukup dalam pada perdagangan Rabu (16/5/2019). IHSG jatuh hingga 1,49% ke level 5.980,89. Kali terakhir IHSG ditutup di bawah level psikologis 6.000 adalah pada 28 November 2018 silam.

Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan menguat: indeks Nikkei naik 0,58%, indeks Shanghai naik 1,91%, indeks Hang Seng naik 0,52%, dan indeks Kospi naik 0,53%.


Melemahnya IHSG lantaran investor merespons negatif neraca dagang Indonesia pada bulan April 2019 yang membukukan defisit senilai US$ 2,5 miliar, jauh lebih besar dibandingkan konsensus yang hanya sebesar US$ 497 juta. Mengacu data Refinitiv, defisit pada bulan April merupakan yang terdalam sepanjang sejarah Indonesia.


Sebelumnya, defisit paling dalam tercatat senilai US$ 2,3 miliar dan terjadi pada Juli 2013.

CNBC Indonesia merangkum peristiwa dan aksi emiten yang layak disimak sebelum memulai perdagangan Kamis (16/5/2019), dibuka.


1. Bangun Pabrik Smelter Alumina, Antam-Inalum Rogoh Rp 12 T
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan induk usahanya PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum mengalokasikan dana hingga US$850 juta untuk proyek Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah, Kalimantan Barat, yang akan dikelola anak usaha keduanya yakni PT Borneo Alumina Indonesia (BAI).

Besaran dana belanja modal atau capex yang setara dengan Rp 12 triliun (asumsi kurs Rp 14.200/US$) itu akan menjadi alokasi yang akan disediakan oleh Antam dan Inalum dengan persentase berbeda. Antam memiliki 40% saham BAI, sementara Inalum mayoritas 60%.

"Kami ada proyek bersama dengan Inalum, lewat anak usaha BAI. Capex-nya US$ 850 juta, proporsinya dengan Inalum. Sumber dana bisa nanti opsinya pinjaman," kata Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito kepada CNBC Indonesia, usai acara buka puasa bersama di Jakarta, Selasa malam (14/5/2019).


2. Bukopin Cari Dana di Pasar Modal Rp 3 T
PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) agresif mencari dana di pasar modal pada tahun ini, meski sebelumnya tidak sering dilakukan.

Total dana yang diincar dari pasar modal selama 2019 mencapai Rp 3 triliun, yang terdiri atas dua buah Efek Beragun Aset (EBA), sebuah obligasi senior, dan sebuah medium term notes (MTN).

Direktur Keuangan dan Perencanaan Bukopin Rachmat Kaimuddin mengatakan EBA pertama akan diterbitkan pada Juni mendatang atau paling lambat kuartal III-2019. EBA ini memiliki jaminan kredit pensiunan dengan kualitas lancar.

"Untuk EBA ini targetnya Rp 1 triliun dan kami akan menggandeng Bahana (sebagai penjamin emisi)," ujarnya, Rabu (15/5/2019) malam.


3. Tak Ada Direksi yang Diganti, BRI Rombak 2 Komisaris
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melakukan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), Rabu (15/5/2019). Salah satu keputusan rapat adalah pergantian komisaris perusahaan.

Dalam rapat tersebut, pemegang saham sepakat untuk memberhentikan secara hormat Gatot Trihargo dan Mahmud dari posisi komisaris perusahaan. Sebagai gantinya, pemegang saham mengangkat Wahyu Kuncoro dan Hendrikus Ivo sebagai komisaris.

Berikut susunan komisaris dan direksi bank BRI.

Komisaris
* Komisaris Utama : AndrinofChaniago
* Wakil Komisaris Utama : Wahyu Kuncoro
* Komisaris : Fuad Rahmany
* Komisaris : Sonny Keraf
* Komisaris : Rofikoh Rokhim
* Komisaris : Nicolaus Teguh Budi Harjanto
* Komisaris : Hadiyanto
* Komisaris : Hendrikus Ivo

Direksi
* Direktur utama : Suprajarto (2017)
* Wakil Direktur Utama : Sunarso (2019)
* Direktur : Supari (2018)
* Direktur : Priyastomo (2016)
* Direktur : Handayani (2017)
* Direktur : Osbal Saragi Rumahorbo (2018)
* Direktur : Haru Koesmahargyo (2015)
* Direktur : Indra Utoyo (2017)
* Direktur : Sis Apik Wijayanto (2016)
* Direktur : Mohammad Irfan (2015)
* Direktur : Ahmad Solichin Lutfiyanto (2018)
* Direktur : R. Sophia Alizsa (2017)


4. Ada Wacana Pindah Ibu Kota, Intiland Fokus Ekspansi di Jawa
Emiten properti PT Intiland Development Tbk (DILD) masih fokus menggarap pasar properti di Jakarta dan Surabaya. Mengalokasikan belanja modal Rp 1,5 triliun, ekspansi yang dilakukan perseroan masih untuk pengembangan proyek eksisting.

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono menyatakan, perseroan juga belum berminat ekspansi akuisisi lahan baru di luar Jawa. Termasuk menanggapi wacana pemerintah perihal pemindahan ibu kota baru, DILD masih mempertimbangkan populasi dan daya beli masyarakat.

"Belum ada rencana mengenai wacana pemindahan ibu kota, lebih baik menunggu yang lebih pasti, Intiland masih fokus di Jakarta dan Surabaya," Archied saat paparan publik di Jakarta, Rabu (15/5/2019).


Baca:
Tetap Waspada, IHSG Belum Lepas dari Tekanan


5. Jawaban Garuda Belum Jelas, BEI Minta Penjelasan Ulang
Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai masih membutuhkan penjelasan teknis mengenai operasional kerja sama antara PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT Mahata Aero Teknik (MAT). Permintaan ulang penjelasan ini terkait permintaan penjelasan terkait piutang Garuda ke Mahata yang dibukukan sebagai pendapatan senilai US$ 239 juta.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI IGD N Yetna mengatakan minggu lalu permintaan penjelasan ini sudah disampaikan kepada pihak perusahaan. Namun ada beberapa hal yang belum jelas dan bursa masih menantikan penjelasan lebih lanjut dari manajemen maskapai penerbangan pelat merah ini.

"Kita masih melihat beberapa hal terkait standar. Terus bagaimana nature transaksi pengakuannya. Istilahnya tingkat kepraktisan untuk penggantian pesawat. Misalnya dia punya list pesawat, akan diinstal di pesawat tertentu sesuai dengan list-nya. Sejauh mana kepraktisan, dia mengatakan bahwa bisa pindah ke airplane lain yang bukan di list-nya ini," kata Yetna di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (15/5). (prm)