Dana Terbatas, Well Harvest Tidak Lanjutkan Pembangunan Smelter Alumina Tahap II
JAKARTA – PT Well Harvest Winning Alumina Refinery dipastikan tidak akan melanjutkan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bauksit tahap II akibat keterbatasan dana.
“Hingga akhir tahun ini kami targetkan produksi 500 ribu ton. Kami tidak akan melanjutkan pembangunan tahap II, karena keterbatasan dana akibat larangan ekspor bauksit oleh pemerintah,” kata Ery Sofyan, Direktur PT Harita Prima di Jakarta, akhir pekan lalu.
Pada tahap I pembangunan smelter alumina di Kendawangan, Ketapang, Kalimantan Barat, Well Harvest hingga saat sudah memproduksi 224.000 ton alumina.
Well Harvest Winning Alumina Refinery merupakan perusahaan patungan antara PT Cita Mineral Investindo (Harita Group) Tbk, China Hongqiao Group Ltd, Winning Investment (HK), dan PT Danpac Resources Danpac.
Pembangunan smelter alumina Well Harvest merupakan wujud nyata pelaksanaan Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara (Minerba). Aturan tersebut melarang ekspor bijih mentah, sehingga perusahaan tambang wajib membangun smelter.
Smelter Well Harvest Wining direncanakan memiliki kapasitas 2 juta ton alumina per tahun dengan total investasi US$ 1 miliar. Pembangunan smelter dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai Juli 2014 dengan kapasitas satu juta ton alumina per tahun senilai US$ 500 juta.
“Suplai bahan baku smelter berasal dari bauksit milik Harita Group yang cadangannya diperkirakan mencapai 700 juta ton. Untuk pabrik tahap pertama, kebutuhan bauksit sebanyak enam juta ton,” tandas Ery.(RA)
Polemik Freeport Indonesia dengan pemerintah kini sudah mereda. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya CEO Freeport McMoran Richard Adkerson yang bertemu Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk mencabut rencana gugatan arbitrase dari Freeport.
SEKITAR 60 ribu hektare lahan di Provinsi Bangka Belitung sudah sangat kritis dan lebih dari 150 ribu hektare kritis akibat aktivitas pertambangan timah.
Pemerintah tengah memfokuskan pengembangan industri berbasis smelter khususnya berbasis bijih nikel dan stainless steel di kawasan Indonesia Timur. Salah satu fokus pengembangan adalah Kawasan Industri Morowali yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), berlokasi di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.