Jakarta, EnergiToday-- Harga timah di pasaran dunia terus mengalami kenaikan. Saat ini bahkan menembus 20.000 US$ per metric ton, padahal sebelumnya harga timah sempat terjun anjlok di angka 12.000 an US$ per metric tonnya.
"Untuk harga memang semakin naik tapi bahan baku pasir timah kita kekurangan, maka dari itu akan dimaksimalkan hasil penambangan kita," kata Dirut PT Timah Tbk, Moch Riza Pahlevi Tabrani, Minggu (2/10).
Hingga saat ini sejumlah negara mampu menghasilkan balok timah melebihi kemampuan bahan baku pasir timah. Sehingga terus menjadi pertanyaan darimanakah pasir timah tersebut kalau bukan dari Bangka Belitung.
Hal ini disayangkan oleh Moch Riza Pahlevi sebab diduga kuat masih ada upaya membawapasir timah secara ilegak keluar negeri. Padahal jika pasir timah tersebut masuk ke PT Timah Tbk maka kesulitan bahan baku bisa teratasi. (fd/bp/tn)
Polemik Freeport Indonesia dengan pemerintah kini sudah mereda. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya CEO Freeport McMoran Richard Adkerson yang bertemu Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk mencabut rencana gugatan arbitrase dari Freeport.
SEKITAR 60 ribu hektare lahan di Provinsi Bangka Belitung sudah sangat kritis dan lebih dari 150 ribu hektare kritis akibat aktivitas pertambangan timah.
Pemerintah tengah memfokuskan pengembangan industri berbasis smelter khususnya berbasis bijih nikel dan stainless steel di kawasan Indonesia Timur. Salah satu fokus pengembangan adalah Kawasan Industri Morowali yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), berlokasi di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.