Industri Pertambangan: Pelaku Usaha Sulit Peroleh Pinjaman
JAKARTA - Terpuruknya industri pertambangan, setidaknya dalam dua tahun terakhir, membuat para pengusaha di sektor tersebut kesulitan mencari pinjaman dari bank untuk membiayai kegiatannya.
Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif mengatakan sektor pertambangan, sejak harga komoditas anjlok, tidak lagi menjadi prioritas perbankan. Bahkan, menurutnya, ada bank yang tidak lagi memberikan kredit ke perusahaan tambang, khususnya batu bara.
"Bagi perusahaan tambang yang masih mempunyai margin, walaupun pertumbuhan negatif, masih mendapatkan fasilitas kredit perbankan," katanya, Minggu (28/8/2016).
Dia menilai, kekhawatiran yang muncul saat ini adalah tidak bertambahnya cadangan akibat tidak adanya kegiatan eksplorasi. Akibat lainnya, produksi, khususnya batu bara, akan berkurang meskipun hal tersebut akan sedikit mengangkat harga.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) Ladjiman Damanik mengungkapkan hal yang sama terjadi unuk komoditas mineral. Menurutnya, pinjaman untuk proyek smelter sangat sulit diperoleh.
"Perbankan nasional cenderung lebih nyaman untuk memberi pinjaman pada sektor-sektor yang dianggap memberi keuntungan pasti seperti properti atau perkebunan," tuturnya.
Dia mengungkapkan perusahaan-perusahaan pertambangan mineral yang juga sedang membangun smelter kini sangat bergantung pada modal asing. Kebanyakan dana yang diperoleh berasal dari perusahaan rekanan yang selama ini menerima pasokan bijih.
Polemik Freeport Indonesia dengan pemerintah kini sudah mereda. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya CEO Freeport McMoran Richard Adkerson yang bertemu Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk mencabut rencana gugatan arbitrase dari Freeport.
SEKITAR 60 ribu hektare lahan di Provinsi Bangka Belitung sudah sangat kritis dan lebih dari 150 ribu hektare kritis akibat aktivitas pertambangan timah.
Pemerintah tengah memfokuskan pengembangan industri berbasis smelter khususnya berbasis bijih nikel dan stainless steel di kawasan Indonesia Timur. Salah satu fokus pengembangan adalah Kawasan Industri Morowali yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), berlokasi di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.