JAKARTA – PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), emiten tambang bauksit, akan melanjutkan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih bauksit menjadi alumina melalui PT Well Harvest Winning Alumina Refinery. Pembangunan smelter tahap kedua akan dimulai tahun ini. Smelter grade alumina (SGA) yang direncanakan berkapasitas satu juta ton per tahun ini ditargetkan rampung pada 2018.
Yusak Lumba Pardede, Direktur dan Sekretaris Perusahaan Cita Mineral, mengatakan pelaksanaan konstruksi smelter WHW tahap II diperkirakan menelan investasi sebesar US$ 350 juta. Pendanaan akan berasal dari pinjaman perbankan.
“Line 2 akan mulai konstruksi tahun ini dan diharapkan selesai 2018. Total pendanaan dari pihak perbankan sebesar US$ 820 juta, dimana sebesar US$ 450 juta untuk refinancing bridging loan unit I, sebesar US$ 350 juta untuk lanjutkan tahap II, dan US$ 20 juta untuk working capital,” kata Yusak.
Hidayat, Direktur Cita Mineral, mengungkapkan pengembangan WHW tahap II membutuhkan tambahan daya pembangkit listrik sebesar 80 megawatt (MW). Sehingga, nantinya total kapasitas pembangkit listrik WHW mencapai 160 MW.
Smelter WHW tahap I saat ini tengah menyelesaikan commissioning serta produksi perdana. Perseroan menargetkan penjualan perdana dilakukan pada Juli 2016.
Well Harvest merupakan perusahaan patungan antara CITA (30%), China Hongqiao Group Limited (56%), Winning Investment (HK) Company Ltd.(9%), dan Shandong Weiqiao Aluminium and Electricity Co.Ltd (5%). CITA merupakan pemilik mayoritas pada PT Harita Prima Abadi Mineral (99%) dan PT Karya Utama Tambangjaya (99%) yang bergerak di bidang usaha pertambangan bauksit sebagai pemasok Utama bauksit olahan (Metallurgical Grade Bauxite/MGB) untuk bahan baku alumina (SGA) ke smelter Well Harvest.(RA)
Pembangunan Smelter Grade Alumina Rrefinary (SGAR) yang memproduksi alumina di Mempawah, Kalimantan Barat memasuki tahap studi kelayakan alias feasibility study. Pembangunan smelter tersebut akan dilakukan oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Indonesia Aluminium (Inalum).
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mengajukan tambahan kuota ekspor nikel kadar rendah atau di bawah 1,7% sebesar 3,7 juta ton wet metrix ton (WMT). Padahal, Antam baru saja mengantongi izin ekspor bijih nikel kadar rendah (ore) sebesar 2,7 juta WMT.
Perusahaan tambang timah terbesar kedua dunia, PT Timah, Tbk (TINS) membukukan laba bersih Rp 251,9699 miliar di tahun 2016. DIbanding tahun 2016, laba bersih perseroan naik 150% dimana laba bersih tahun 2015 sebesar Rp 101,5 miliar.