Terkendala Listrik, Smelter Bantaeng Baru Beroperasi Februari 2017
FAJAR,BANTAENG – Pengoperasian pabrik Smelter di Bantaeng, molor hingga awal tahun depan. Sistem kelistrikan masih jadi masalah.
Kepala Dinas Perindustrian, Pertambangan, Energi dan Sumberdaya Mineral Bantaeng, Andi Mappatoba mengatakan, pengerjaan fisik dan pemasangan mesin smelter, telah selesai sejak awal 2016 lalu.
Namun saat ini kata dia, panel listrik untuk mendistribusikan energi listrik dari gardu induk ke pabrik belum terpasang. “Alatnya yang kita tunggu sudah ada di Makassar, tinggal pemasangan, sebab gardu sudah selesai dibangun,” ujar Mappatoba, Minggu (6/11/2016).
Dia menuturkan, PLN telah menyepakati penyaluran listrik di Bantaeng Industrial Park (BIP), dengan total daya 134 Mega Watt (MW), untuk tiga perusahaan smelter.
Kesiapan PLN itu kata dia, tertuang dalam MoU dengan Pemkab Bantaeng. Untuk kesiapan daya, jelasnya, PLTU Jeneponto sudah siap menyalurkan listriknya.
“Dari hasil rapat koordinasi beberapa waktu lalu, Februari 2017 sudah bisa rampung sistem kelistrikannya,” tutur Mappatoba.
Mappatoba menjelaskan, saat ini sudah proses penggalian bahan baku di Konawe Sulawesi Tenggara, untuk dipasok ke Smelter Bantaeng. “Pemerintah setempat sudah jamin bahan bakunya, jadi tidak ada masalah,” tambahnya.
Sebelumnya, Vice President BIP, Taufik Fachruddin, menjelaskan, lokasi smelter berada dalam kawasan Bantaeng Industrial Park (BIP) yang merupakan kawasan industri terintegrasi, dengan lahan seluas 3.000 hektar. Dia berharap, pemerintah tidak memperlonggar rencana ekspor mentah, agar pabrik smelter yang telah dibangun bisa berkembang.
“Sudah ada dua pabrik smelter yang siap beroperasi, masing-masing PT Huadi Nickel Alloy Indonesia dan PT Titan Mineral Utama (TMU),” tuturnya. (dir)
Polemik Freeport Indonesia dengan pemerintah kini sudah mereda. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya CEO Freeport McMoran Richard Adkerson yang bertemu Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk mencabut rencana gugatan arbitrase dari Freeport.
SEKITAR 60 ribu hektare lahan di Provinsi Bangka Belitung sudah sangat kritis dan lebih dari 150 ribu hektare kritis akibat aktivitas pertambangan timah.
Pemerintah tengah memfokuskan pengembangan industri berbasis smelter khususnya berbasis bijih nikel dan stainless steel di kawasan Indonesia Timur. Salah satu fokus pengembangan adalah Kawasan Industri Morowali yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), berlokasi di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.