Kendari - PT Virtue Dragon Nikel Internasional (VDNI) salah satu perusahaan tambang yang membuka pabrik smelter di Morosi Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) akan dijadwalkan beroperasi pada Desember 2016. "Saat ini masih dalam tahap perampungan dan rencananya ada lima tungku dalam pabrik pertama yang akan kami uji coba dalam pengoperasian itu," kata Direktur PT VDNI Rudi Rusmadi di Kendari, Rabu.
Sebagai tahap awal, pihaknya belum melakukan pengoperasian, melainkan baru tahap pengujian operasional suatu pekerjaan secara nyata maupun secara simulasi untuk memastikan bahwa pekerjaan tersebut telah dilaksanakan dan memenuhi semua peraturan yang berlaku. "Syarat dan aturan dimaksud adalah, regulasi harus tepat, kodenya dan sesuai standar," ujar Rudi.
Saat ini diperkirakan untuk tungku sudah rampung antara 70 hingga 80 persen, sisanya hanya fasilitas yang mendukung saja. Untuk mendukung semua itu, pihaknya juga sedang menyelesaikan pengurusan terkait analisa dampak lingkungan (Amdal). "Akhir bulan ini pengurusan amdal, untuk jeti sudah harus selesai karena berhubungan dengan semua pekerjaan yang ada di dalam, sebab tidak akan selesai proses pembangunan jeti, jika amdalnya tidak rampung," ujarnya menambahkan.
Polemik Freeport Indonesia dengan pemerintah kini sudah mereda. Hal tersebut ditandai dengan hadirnya CEO Freeport McMoran Richard Adkerson yang bertemu Menteri ESDM Ignasius Jonan untuk mencabut rencana gugatan arbitrase dari Freeport.
SEKITAR 60 ribu hektare lahan di Provinsi Bangka Belitung sudah sangat kritis dan lebih dari 150 ribu hektare kritis akibat aktivitas pertambangan timah.
Pemerintah tengah memfokuskan pengembangan industri berbasis smelter khususnya berbasis bijih nikel dan stainless steel di kawasan Indonesia Timur. Salah satu fokus pengembangan adalah Kawasan Industri Morowali yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP), berlokasi di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.