logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Jokowi Resmikan Smelter Terbesar di Dunia Milik China Di Indonesia,Freeport jilid 2 kah?

Jokowi Resmikan Smelter Terbesar di Dunia Milik China Di Indonesia,Freeport jilid 2 kah?
KanalBerita8.co- Sejarah baru diukir di Sulawesi Tengah. Pabrik pengolahan bijih nikel (smelter) yang disebut-sebut bakal terbesar di dunia, diresmikan Presiden Joko Widodo, di lokasi pabrik itu di Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Jumat (29/5).

Dalam peresmian itu, Presiden didampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Gubernur Sulteng Longki Djanggola, Bupati Morowali Anwar Hafid, dan sejumlah pejabat lainnya.

Presiden Jokowi tiba di lokasi dengan menggunakan helikopter Super Puma milik TNI AU dari Palu. Sejak pagi ribuan masyarakat sudah menunggu kedatangan presiden. Mereka sangat antusias ingin bertemu Kepala Negara yang selalu menggunakan baju putih itu.

Setelah dari Morowali, presiden dan rombongan menuju Parigi dan sore harinya kembali ke Palu.

Presiden dan Ibu Negara Iriana Jokowi bermalam di Palu. Selanjutnya, Sabtu pagi (30/5) akan melanjutkan perjalanan ke Sulawesi Barat.

Pabrik smelter itu merupakan milik PT Sulawesi Mining Investment (SMI). Ini merupakan pembangunan pabrik tahap pertama.

Selanjutnya akan di bangun lagi tahap dua dan tahap tiga di lokasi yang sama.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi mengharapkan agar ke depannya industri nikel dapat memberikan nilai tambah untuk daerah dengan memproduksi bahan jadi karena bukan hanya mengekspor bahan mentah.

"Sebagai contoh yang di sini, untuk bahan baku nikel, ini saat sebelumnya diekspor dalam bentuk bahan mentah di daerah lain juga sama. Ini harus distop. Harus ada nilai tambah untuk daerah dan untuk lingkungan daerah," ujar Presiden Jokowi.

Presiden juga menekankan bahwa jika Indonesia masih sangat tergantung pada ekspor bahan mentah, maka tidak ada nilai tambah untuk Tanah Air dan lingkungan.

Sementara ini pertumbuhan ekspor bahan mentah hanya 30 dolar AS per metrik ton, sedangkan tanah hanya dihargai senilai 30 dolar AS.

"Kemudian sekarang dibikin setengah jadi, harga nikel menjadi 1.300 dolar AS per metrik ton. Nilai tambah yang ditambah ini besar sekali, bisa 40 kali lipat," ujar Presiden.

Presiden mengimbau pimpinan PT SMI agar dalam waktu secepatnya enam tahun mendatang bahan mentah sudah bisa dijadikan barang jadi, seperti stainless steel yang harganya bisa mencapai 2.800 per metrik ton.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Saleh Husin melalui siaran pers, Jumat (29/5), mengemukakan pabrik smelter nikel pig iron milik PT Sulawesi Mining Investment ini langsung beroperasi setelah diresmikan Presiden Joko Widodo.

"Pembangunan pabrik ini akan dilanjutkan pada pembangunan pabrik tahap ke-2 yang memiliki kapasitas 600.000 ton dan dukungan PLTU sebesar 2x150 MW," kata Menteri Saleh Husin.

Menperin mengatakan untuk pembangunan pabrik tahap satu akan memiliki kapasitas 300.000 ton per tahun dengan nilai investasi sebesar 635,57 juta dolar AS dan didukung PLTU berkapasitas 2x65 MW.

Sementara pembangunan pabrik tahap dua diperkirakan pembangunannya selesai pada Desember 2015 dengan nilai investasi sebesar 1,04 miliar dolar AS, di mana saat ini, nilai investasi secara keseluruhan sebesar 2 miliar dolar AS dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.000 orang.

Selanjutnya, pembangunan pabrik tahap tiga akan ditargetkan memiliki kapasitas 300.000 ton dan dukungan PLTU sebesar 300 MW, yang rencananya selesai pada akhir tahun 2017 dengan nilai investasi sebesar 820 juta dolar AS.

"Sehingga secara total, keseluruhan kapasitas industri Nikel Pig Iron di Kabupaten Morowali akan mencapai 1,2 juta ton per tahun dengan didukung PLTU sebesar 730 MW," tegas Menperin.

Selain itu, dilakukan pula pembangunan industri stainless steel dengan kapasitas sebesar 2 juta ton, yang diharapkan dapat selesai pada akhir 2017 sejalan dengan pembangunan industri Stainless Steel Cold Rolled Coils (CRC) yang memiliki kapasitas 600.000 ton per tahun serta industri Stainless Steel Hot Rolled Coils (HRC).

"Diharapkan keberadaan industri-industri yang dimaksud dapat terus berdiri dan akan berkembangnya industri-industri turunan dari industri stainless steel tersebut, yang diperkirakan berjumlah 60 perusahaan industri baru," kata Menperin.

Pembangunan industri-industri tersebut memerlukan investasi sebesar 5,61 miliar dolar AS.

"Kemenperin telah memberikan dukungan dan fasilitas berupa pembangunan Politeknik Industri Berbasis Nikel, pembangunan Pusat Inovasi Industri berbasis Nikel, Pembangunan Kawasan Industri dan memfasilitasi usulan kepada Kementerian Keuangan agar perusahaan memperoleh fasilitas Tax Holiday," ujar Menperin. (ms)