logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Nikel Bakal To The Moon, Siap Serok Cuan Gede dari Sahamnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak yang mengamini tahun 2021 akan menjadi tahun emas bagi berbagai komoditas terutama untuk jenis logam dasar (base metal). Salah satu yang diprediksi bakal naik adalah harga nikel.

Di sepanjang tahun 2020, harga kontrak futures nikel yang diperdagangkan di bursa Shanghai menguat 18%. Kenaikan harga nikel dunia juga membuat harga nikel acuan RI ikut terkerek.

Pada Desember lalu, harga nikel acuan RI dipatok di US$ 15.647/ton atau naik 12,8% dibandingkan harga acuannya di bulan Januari di US$ 13.876/ton. Harga nikel sempat mengalami penurunan saat awal pandemi Covid-19 merebak dan memicu penerapan lockdown yang masif di bulan Februari-Maret.

Namun setelah pelonggaran banyak dilakukan pada bulan Mei, harga nikel berangsur mulai pulih bahkan berhasil mencapai level tertingginya di penghujung tahun 2020.

Saham emiten nikel sendiri kembali melesat pada perdagangan hari ini setelah sempat terbang tinggi selama setahun terakhir. Simak kinerja saham-saham nikel yang melantai di bursa pada hari ini.



Terpantau pada perdagangan hari ini harga saham-saham produsen nikel semuanya berhasil diperdagangkan di zona hijau.

Kenaikan saham emiten yang memproduksi komoditas nikel jatuh kepada PT Aneka Tambang Tbl (ANTM) yang sukses melesat 12,14% ke level harga Rp 2.170/unit.

Sedangkan posisi kedua diduduki oleh PT Timah Tbk (TINS) yang juga terbang tinggi 8,75% ke level harga Rp 1.615/unit. Sedangkan kenaikan paling moderat hari ini dibukukan oleh PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE) yang terbang 3,51% ke level harga Rp 236/unit.

Sejatinya PURE ditransaksikan di zona merah pada perdagangan hari ini namun jelang penutupan pasar tiba-tiba PURE melesat kencang di sesi pre closing.

Nikel sendiri merupakan salah satu logam hasil tambang yang digunakan untuk berbagai keperluan. Di pasar dikenal ada dua jenis nikel yaitu nikel kelas I dan kelas II. Nikel kelas II banyak digunakan untuk pembuatan stainless steel, sementara kelas I digunakan untuk produk lain seperti komponen baterai mobil listrik.

Sentimen makin maraknya penggunaan mobil listrik dan tren penjualan mobil listrik yang meningkat membuat harga nikel mengalami kenaikan yang pesat. Outlook harga nikel untuk tahun 2021 pun positif.

Baca:Menteri Erick: RI Siap jadi Pemain Utama Mobil Listrik
DBS dalam laporannya menyebut harga nikel tahun ini bakal bullish dan tembus ke atas US$ 20.000/ton. Hal tersebut karena ditopang oleh adanya defisit pasokan nikel di saat permintaan sedang naik-naiknya. Tren ini terutama terjadi untuk nikel kelas I yang banyak digunakan untuk baterai mobil listrik.

Proyeksi DBS, permintaan nikel kelas I akan tumbuh 5,9% setiap tahunnya sampai 2025. Untuk periode yang sama pasokan nikel kelas I hanya tumbuh 3,3%.

Sementara itu, untuk nikel Kelas II keseimbangan di pasar tetap terjaga tahun ini, bahkan hingga 2025 seiring dengan kuatnya peningkatan kapasitas nikel pig iron (NPI) di Indonesia mengimbangi penurunan produksi Cina dan pertumbuhan permintaan nikel untuk stainless steel.

Lebih lanjut DBS memprediksi volume penjualan mobil listrik akan naik 24% per tahun secara compounding (CAGR) ke 22,3 juta unit pada tahun 2030. Kenaikan penjualan mobil listrik tentu akan mengerek permintaan nikel kelas I seiring dengan minat yang tinggi untuk penggunaan baterai yang menggunakan nikel.

Permintaan nikel untuk baterai mobil listrik akan tumbuh sebesar 32% (CAGR ) pada 2019-2030 sehingga meningkatkan konsumsi nikel untuk baterai yang dapat diisi ulang hingga 24% per tahun menjadi 1,27 juta ton pada tahun 2030.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan kontribusi baterai isi ulang terhadap konsumsi nikel akan meningkat hingga 30% pada 2030 dari hanya 5% pada 2019." tulis DBS dalam laporannya.