logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Proyek Smelter Bauksit Masih Membutuhkan Tenaga Kerja Asing

Proyek Smelter Bauksit Masih Membutuhkan Tenaga Kerja Asing
Ketapang, CNN Indonesia -- Ratusan pekerja proyek berseragam biru kompak berdiri sejajar saat menyambut kedatangan para tamu termasuk CNNIndonesia.com yang hendak menghadiri peluncuran awal pabrik pengolahan (smelter) bauksit milik Keluarga Lim, salah satu taipan terkaya Indonesia Sabtu (22/5). Pabrik seluas 1.500 hektare tersebut berdiri di Dusun Sungai Tengar, Desa Mekar Utama, Kecamatan Kendawangan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.

Untuk membangun smelter berkapasitas produksi 2 juta ton per tahun itu, Harita Group menggandeng perusahaan asal China yakni China Hongqiao Group Ltd dan membentuk perusahaan patungan (joint venture) PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WAW AR) dengan nilai investasi mencapai US$1,15 miliar.

Atas campur tangan investor dari Negeri Tirai Bambu itu maka tak heran jika dari ratusan pekerja proyek yang berbaris rapi tersebut banyak yang merupakan warga negara China asli.

Data ketenagakerjaan menyebut per April 2016 PT WHW AR tercatat telah mempekerjakan tenaga kerja Indonesia (TKI) sebanyak 2.535 orang dan tenaga kerja asing (TKA) sebanyak 269 orang termasuk tenaga kontraktor. Dari total tersebut rata-rata TKA menduduki jabatan strategis seperti teknisi mesin, perawatan, operator hingga mandor.

Lihat juga:Harita Group Tuntas Bangun Smelter Tahap I di Ketapang

CEO Harita Group Lim Gunawan Hariyanto mengungkapkan upaya pemerintah untuk mendorong laju industri hilirisasi pertambangan melalui smelter tak lepas dari kebutuhan akan inovasi teknologi yang tinggi. Pasalnya selama ini di Tanah Air, pabrik smelter bauksit menjadi alumina merupakan proyek yang belum pernah ada di Indonesia, sehingga proyek tersebut layak untuk disebut sebagai proyek pionir.

Keputusan untuk tetap mempekerjakan pekerja dari China dinilai merupakan sebagai keputusan bisnis yang tepat di mata seorang pengusaha seperti dirinya. Menurutnya ada suatu hal yang dilematis jika ia bersikukuh menggunakan 100 persen tenaga lokal, yakni tingginya biaya dan risiko bisnis yang harus ditanggung.

Sementara di sisi lain perusahaan juga harus memenuhi sederet persyaratan untuk memperoleh izin mempekerjakan tenaga asing. Ketatnya aturan bertujuan menekan jumlah tenaga dari luar negeri, yang belakangan terus berdatangan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014, perusahaan wajib mengutamakan tenaga kerja domestik.

"Kita tentu ingin menyerap tenaga lokal sebanyak mungkin. Karena tenaga lokal bagi kita lebih murah. Tapi ada trade off, antara yang murah tapi tidak pengalaman sehingga kita perlu waktu untuk training," kata Gunawan Sabtu (21/5).

Selama ini Gunawan mengaku puas dengan kinerja ratusan pekerja China tersebut. Mereka dinilai cekatan sehingga puluhan tangki penampungan berdiameter besar mampu berdiri dalam waktu 10 hari saja, sementara jika hal tersebut dikerjakan oleh pekerja Indonesia, diperkirakan baru akan selesai dalam kurun dua bulan.

Lihat juga:Investasi Asing Tumbuh 5%, Pemodal China Paling Agresif

Kendati demikian ia mengaku tetap menaruh perhatian dan harapan besar terhadap para pekerja lokal. Hal ini dibuktikan salah satunya dengan mengirim ratusan TKI untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan di China secara intensif. Dari upaya tersebut diharapkan para TKI mendapat pengetahuan dan ilmu terkait penerapan teknologi pengolahan alumina yang masih jarang diajarkan oleh Perguruan Tinggi di Indonesia.

Ia juga berusaha mematuhi Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2014 yang menyebutkan untuk mendatangkan satu tenaga kerja asing, perusahaan sponsor wajib merekrut tenaga kerja lokal sebagai pendamping. Ini merupakan syarat agar permohonan menggunakan tenaga kerja asing tetap disetujui. Pendampingan dimaksudkan agar ada transfer teknologi dan pengetahuan kepada tenaga lokal. Dengan demikian, ke depan, tenaga ahli tidak perlu lagi “impor”.

"Sebagai orang Indonesia jiwa nasionalis kita pasti memanggil. Sebagai pengusaha pun sebenarnya tidak logis jika memakai TKA selama itu bisa dikerjakan oleh TKI," jelasnya.

Pihaknya optimistis dengan berinvestasi di sektor Sumber Daya Manusia (SDM), perusahaan akan memperoleh manfaat jangka panjang. Dominasi tenaga asing dalam industri smelter pun diproyeksi akan berkurang seiring dengan bertambahnya tenaga ahli dari dalam negeri.

Sumber : www.cnnindonesia.com