logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Rantai Pasokan Global Kendaraan Listrik

Kurangnya tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi di bidang teknik menjadi tantangan yang cukup berat dalam pengembangan industri ramah lingkungan.
Mobil listrik menjadi favorit di masa depan. Dengan mobil listrik, emisi karbon menjadi lebih rendah dan mengurangi polusi. Mobil listrik juga menghasilkan suara yang lebih halus, senyap, dan tidak bising.

Beberapa negara sudah mengembangkan mobil listrik jauh-jauh hari. Tiongkok, Amerika Serikat (AS), Jepang, Italia, dan Jerman adalah negara-negara produsen utama mobil listrik.

Di beberapa negara maju, mobil listrik bukan hal aneh lagi. Populasinya terus meningkat dari tahun ke tahun menggeser mobil konvesnional. Bahkan, Inggris segera mengeluarkan larangan penjualan mobil baru yang menggunakan bahan bakar bensin dan solar. Pelarangan ini sebagai bagian paket inisiatif ramah lingkungan yang lebih luas.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, diperkirakan akan memajukan penerapan larangan itu pada 2030 sebagai upaya untuk membuka pasar mobil listrik di Inggris dan mendorong Inggris menuju target iklimnya. Sebelumnya, Johnson mengumumkan larangan itu akan berlaku antara 2035–2040.

Mobil listrik juga menjadi harapan Indonesia di masa mendatang. Terlebih, produksi minyak bumi kita terus mengalami penurunan. Berbanding terbalik dengan kebutuhan BBM (Bahan Bakar Minyak) masyarakat yang kian hari kian meningkat.

Produksi minyak bumi di Indonesia hanya mencapai 746 ribu barel per hari. Sementara itu, kebutuhan masyarakat mencapai 1,5 juta barel per hari. Artinya, setengah dari kebutuhan BBM kita masih impor. Impor tersebut tentunya berdampak pada perekonomian nasional.

Semua tahu, kita memiliki cadangan nikel melimpah. Bijih nikel merupakan komponen utama baterai lithium yang digunakan kendaraan listrik. Kita semua berharap Indonesia bisa masuk dalam rantai pasokan global mobil listrik dengan mengembangkan baterai lithium yang menjadi salah satu komponen penting.

Presiden Joko Widodo dalam pidato tahunan di Gedung MPR, pertengahan Agustus lalu, mengatakan posisi Indonesia menjadi sangat strategis dalam pengembangan baterai lithium, mobil listrik dunia, dan produsen teknologi di masa ­depan. Dengan potensi ini, kita ­yakin mampu memperbaiki defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) karena impor BBM kita akan semakin kecil. Selain itu, kita juga bisa meningkatkan lapangan kerja dan mengurangi ­dominasi energi fosil.

Saat ini saja, sederet pabrik baterai lithium akan berdiri di Indonesia. Salah satunya pabrik baterai lithium di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park di Sulawesi Tengah hasil kongsian antara CATL, LG, VW, Mercedes pada 2019 lalu. Akhir Juni lalu, LG dan Hyundai juga menyatakan keinginannya membangun pabrik baterai lithium di ­Indonesia.

Dengan potensi yang dimiliki tersebut, kita berharap bisa memasuki rantai pasokan global kendaraan listrik ­dengan mengembangkan baterai lithium. Saat ini, ­Indonesia ­berencana mengembangkan baterai NMC 881 yang ­kandungan nikelnya 60 persen.

Pemerintah juga sedang melakukan pendekatan dengan beberapa perusahaan besar yang menjadi pemain utama industri baterai mobil listrik. Untuk berinvestasi di Indonesia. Pekan lalu sudah ada penandatanganan perjanjian kerja sama antara China’s Contemporary Amperex Tecnology Co. Ltd (CATL) dan Inalum untuk pengembangan baterai lithium.

Selain dengan perusahaan Tiongkok, Indonesia juga membidik kerja sama dengan perusahaan Korea Selatan, LG Chem Ltd. Penandatanganan dengan perusahaan tersebut diperkirakan akan dilakukan dalam waktu dekat ini.

Semoga saja upaya-upaya pemerintah memanfaatkan cadangan nikel yang berlimpah dalam industri mobil listrik demi memajukan perekonomin nasional bisa menjadi nyata. Sudah seharunya kita tidak hanya mengekspor bahan mentah agar tidak lagi bergantung kepada harga komoditas.

Namun harus diakui, bahwa kurangnya tenaga kerja lulusan pendidikan tinggi di bidang teknik menjadi tantangan yang cukup berat dalam pengembangan industri ramah lingkungan. Karena itu, kita juga harus fokus menyiapkan program pengembangan sumber daya manusia untuk mewujudkan harapan-harapan tersebut