logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Sentimen Anti-China Diyakini BKPM Tak Mempan Ganggu Investasi

Sentimen Anti-China Diyakini BKPM Tak Mempan Ganggu Investasi
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meramal realisasi investasi China diperkirakan akan mendominasi Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia dalam beberapa tahun mendatang.

Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong mengatakan, derasnya investasi dari China disebabkan karena negara tirai bambu tersebut berminat menempatkan negara-negara Asia Pasifik sebagai tujuan utama penanaman modal mereka.

Hal itu, lanjut Thomas, sudah terlihat pada realisasi investasi pada tahun lalu, di mana realisasi investasi China merangsek masuk ke jajaran tiga terbesar kontributor PMA di Indonesia.

Menurut data BKPM, realisasi investasi asal China dan Hong Kong tercatat US$4,9 miliar dan menempati peringkat ke-tiga PMA terbesar di Indonesia.

Posisi ini meningkat drastis 216 persen dibanding tahun 2015, di mana realisasi investasi asal China dan Hong Kong tercatat US$1,55 miliar dan menempati peringkat PMA ke-enam pada periode tersebut.

"Tren investasi China meningkat drastis seiring meningkatnya investasi China di Asia Pasifik. China adalah ekonomi terbesar dan mereka akan menjadi investor terbesar di negara-negara Asia Pasifik," tutur Thomas, Rabu (25/1).

Lebih lanjut ia menerangkan, sebagian besar investasi China yang masuk pada tahun lalu murni investasi langsung. Hal ini, lanjutnya, sangat berbeda dengan realisasi investasi dari Singapura, di mana penanaman modal yang berasal dari negara tersebut merupakan perpanjangan tangan dari modal asal negara lain.

"Biasanya investor dari suatu negara akan menempatkan Singapura sebagai hub finansialnya sebelum investasi ke Indonesia. Makanya, meski modal berasal dari negara lain, namun realisasinya tercatat berasal dari Singapura. Sedangkan China tidak demikian, benar-benar murni Foreign Direct Investment (FDI)," jelasnya.

Dominasi Smelter

Selain itu, ia mengatakan jika besarnya realisasi investasi China di tahun lalu disebabkan oleh besarnya nilai proyek yang dikerjakan. Menurut Thomas, sebagian besar uang dari China digelontorkan untuk investasi pemurnian mineral mentah (smelter) dan pembangkit listrik, di mana kedua jenis proyek tersebut membutuhkan kocek yang tebal.

Gara-gara besarnya nilai investasi China di kedua sektor tersebut, tak heran jika PMA di industri logam dasar mencapai US$3,89 miliar, atau 13,43 persen dari total investasi yang masuk sepanjang 2016. Sementara itu, besaran PMA di sektor air, listrik, dan gas tercatat sebesar US$2,13 miliar, atau 7,35 persen dari besaran PMA.

"Menurut data kami, memang China lebih banyak investasi di smelter dan pembangkit listrik. Sementara itu, realisasi asal Hong Kong kini sudah masuk ke perkebunan kelapa sawit dan real estate," katanya.

Sentimen Anti-China

Lebih lanjut, ia yakin realisasi arus modal asal China masih akan meningkat ke depannya karena ia mengklaim iklim investasi sudah semakin baik. Selain itu, ia mengatakan jika sentimen anti-China yang digemborkan golongan masyarakat tertentu belakangan ini tidak akan menciutkan minat investasi mereka ke Indonesia

"Saya rasa isu-isu anti China ini masih manageable, belum kami anggap negatif. Justru investor mengapresiasi Indonesia yang masih menunjukkan iklim yang baik setelah beberapa kejadian yang terjadi pada akhir tahun lalu," katanya

Sebagai informasi, data BKPM menunjukkan bahwa realisasi PMA sepanjang tahun 2016 tercatat sebesar Rp396,6 triliun, atau sekitar US$28,9 miliar. Jika mengunakan denominasi dolar AS, angka ini menurun 1,36 persen dibandingkan posisi tahun lalu sebesar US$29,3 miliar. Namun, jika menggunakan denominasi Rupiah, nilai PMA meningkat 8,9 persen dari angka tahun 2015 sebesar Rp365,9 triliun.

Singapura masih tercatat sebagai negara kontributor PMA terbesar dengan angka US$9,17 miliar, atau 31,66 persen dari total realisasi PMA. Posisi Singapura kemudian disusul oleh Jepang dengan nilai realisasi investasi sebesar US$5,4 miliar, atau 18,64 persen dari total realisasi investasi. (gen)