logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Timah berharap tendangan proyek tanah jarang

Timah berharap tendangan proyek tanah jarang
JAKARTA. Gejolak harga komoditas mineral termasuk timah memang tak menyenangkan bagi pebisnis. Karenanya mereka berupaya mencari penghasilan lain sebagai sampingan, agar tak tergantung pada satu komoditas saja.

Seperti yang dilakukan oleh manajemen PT Timah Tbk. Saat ini mereka tengah mematangkan rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian tembaga (smelter) mineral logam tanah jarang atau rare earth. PT Timah Tbk menargetkan proyek ini bisa konstruksi ahir tahun ini atau awal tahun depan.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Agung Nugroho kepada KONTAN, menjelaskan, saat proses smelter rare earth masih pengurusan izin. "Kami upayakan ada keputusan final tahun ini sehingga jika memungkinkan konstruksi akhir 2016, atau awal 2017, tergantung kajian hasil akhir," katanya, akhir pekan lalu.

Rencananya pabrik pemurnian rare earth skala industri itu akan memiliki kapasitas produksi mencapai 500 ton per tahun. Adapun nilai investasi yang disiapkan untuk proyek ini Rp 100 Miliar.

PT Timah sudah melakukan ujicoba pabrik smelter rare earth skala kecil dengan kapasitas 1.500 kilogram per tahun di Kawasan Industri Tanjung Ular, Bangka Belitung. Nah, di proyek smelter rare earth nanti, rencananya mereka akan menggandeng Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Sebagai informasi, rare earth atau logam tanah jarang merupakan mineral yang bisa didapat dari pemurnian timah batangan atau tin slag. Rencana ini mencuat melihat harga komoditas tambang timah yang lesu pada tahun lalu.

Investasi smelter tanah jarang ini bertujuan mendorong pendapatan PT Timah agar tidak cuma mengandalkan bisnis Timah. Sebab ketergantungan pada Timah membuat perusahaan ini sulit tumbuh saat harga komoditi ini loyo.

Pada kuartal I-2016 kinerja PT Timah masih negatif. tercatat pendapatnya hanya Rp 1, 3 triliun atau turun 5,2% dari periode sama tahun lalu Rp 1,37 triliun.

Agung bilang, penjualan timah masih di bawah target walaupun naik 8,02 %, dari 5.304 metrik ton (MT) tahun lalu, menjadi 5.730 MT dari dari periode sama tahun lalu sebesar. "Pendapatan turun karena memang penjualan tidak sebesar harapan. Karena produksi kami juga menurun," kata Agung.

Karena itulah perusahaan ini terus berupaya melakukan efisiensi agar rapor di akhir tahun bisa positif.

Sumber : www.kontan.co.id