logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Vale Indonesia Tawarkan 70% Saham Smelter Feronikel

Vale Indonesia Tawarkan 70% Saham Smelter Feronikel
Jakarta – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menawarkan masing-masing sekitar 60-70% saham pada proyek smelter feronikel di Bahodopi, Sulawesi Tengah dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Sejumlah investor dari Tiongkok, Jepang, dan Kanada dikabarkan berminat membeli saham tersebut dan menjadi mitra strategis perseroan.

Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter mengatakan, saat ini proses tender penawaran proyek smelter ke mitra strategis masih dalam tahap awal. Opsi pencarian mitra strategis dibuka mengingat kebutuhan ekspansi yang besar dan panjangnya waktu pembangunan smelter.

“Kami membuka proposal penawaran kepada investor dari Tiongkok, Jepang, dan Kanada. Setelah diseleksi, saat ini ada dua proposal yang menarik untuk dievaluasi lagi pada masing-masing smelter,” jelas Nico di Jakarta, Senin (21/11).

Nico menegaskan, di Pomalaa, perseroan membutuhkan pihak ketiga yang berpengalaman dalam memproduksi bijih nikel berkadar tinggi saprolit menjadi feronikel. Sebelumnya, di Pomalaa, perseroan sudah menggandeng Sumitomo Metal Mining Co Ltd untuk memproduksi bijik nikel limonit.

Nico menambahkan, proyek di Pomalaa dan Bahodopi masih menunggu proses perizinan dari pemerintah, dan kini dalam proses feasibility study. Sesuai ketentuan yang berlaku, perseroan harus memiliki saham minimal 30% pada smelter tersebut, sedangkan sisanya 70% boleh dimiliki oleh investor strategis.

“Saya belum dapat menyebut rinci para mitra strategis yang beminat. Di sisi lain, kami terus membuka kesempatan bagi yang ingin mengajukan proposal. Semoga secepatnya bisa ditentukan siapa penawar yang kami pilih,” jelas dia.

Lebih lanjut Nico mengatakan, perseroan tak hanya terbuka bagi investor asing dalam penawaran ini. Pihaknya sempat berdiskusi dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam/ANTM) yang juga memiliki proyek feronikel di Pomalaa untuk menjajaki kerja sama.

Tahun lalu, Sumitomo sebagai salah satu mitra perseroan memperkirakan kebutuhan investasi smelter di Pomalaa mencapai US$ 2 miliar dalam waktu empat sampai lima tahun.

Sekretaris Perusahaan Vale Indonesia Ratih Amri mengatakan, saat ini, nilai investasi akan dihitung ulang mengingat harga nikel yang mengalami pelemahan. Kemungkinan nilai investasinya lebih rendah dari estimasi awal Sumitomo tersebut.

Pihaknya juga belum dapat menyebut jumlah cadangan bijih nikel pada area kontrak karya Bahodopi dan Pomalaa. Sebagai informasi, luas area kontrak karya Bahodopi mencapai 22.699 hektare (ha) dan area Pomalaa mencapai 20.286 ha.

Belanja Modal
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bayu Widyanto mengatakan, perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar US$ 80-90 juta tahun depan, atau lebih tinggi dari anggaran tahun ini US$ 60-70 juta. Hingga kuartal III-2016, perseroan telah menyerap capex sekitar US$ 50 juta.

Capex tahun depan, lanjut Bayu, akan digunakan untuk kegiatan eksplorasi utamanya Blok Soroako Sulawei Selatan. Selain itu, perseroan memanfaatkan capex untuk mengganti alat-alat berat tambang. Perseroan pun bersiap melakukan konversi batubara guna memberikan efisiensi energi. “Alokasi dan penyerapan capex selalu disesuaikan dengan harga nikel ke depan,” jelas Bayu.

Hingga kuartal III-2016, Vale Indonesia mencatatkan performa positif dengan perolehan laba US$ 13 juta. Kinerja itu ditopang oleh langkah efisiensi dan penurunan biaya dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal sebelumnya perseroan mencatatkan rugi US$ 4,6 juta.

Hingga September 2016, perseroan mencatatkan volume penjualan sebanyak 20.615 metrik ton dalam matte dengan perolehan pendapatan sebesar US$ 158,6 juta. Secara persentase, realiasi penjualan tersebut bergerak 2% dari kuartal sebelumnya, sedangkan pendapatan meningkat hingga 15% dari kuartal II-2016.

Di sisi biaya, beban pokok pendapatan per metrik ton nikel matte yang dipasarkan perseroan sepanjang kuartal ketiga turun sebesar 4% dari kuartal sebelumnya, didorong penurunan input biaya produksi.

Perseroan merealisasikan produksi nikel Januari-September 2016 sebanyak 58.000 metrik ton, turun 2% dari tahun lalu. Khusus di kuartal III/2016, perseroan memproduksi 21.744 metrik ton nikel dalam matte, lebih tinggi 12% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya 19.362 metrik ton. Hingga akhir tahun ini, Vale menargetkan produksi sepanjang tahun ini mencapai 80.000 ton.