logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Harga Nikel Terbang Dorong Saham Antam dan Vale Meroket, 18 Reksadana Punya Asetnya

Harga Nikel Terbang Dorong Saham Antam dan Vale Meroket, 18 Reksadana Punya Asetnya
Bareksa.com - Harga nikel menguat dan mengukir rekor harga harga sejak satu dekade silam. Laju harga nikel cukup agresif di awal tahun ini. Hingga kemarin logam green energy tersebut sudah naik 15,77 persen sepanjang tahun berjalan atau year to date (ytd).

Pada penutupan Kamis (20/1/2021) harga nikel dunia tercatat US$ 24.030,5 per ton, naik 3,79 persen dibandingkan posisi sehari sebelumnya.

Pencapaian harga nikel didorong oleh pasokan yang makin ketat. Sementara permintaan jelang imlek terus membludak. Hal ini menyebabkan persediaan di pasar menjadi langka sehingga harga nikel terus melambung.

Persediaan nikel terus turun sejak bulan April 2021. Terhitung sejak bulan itu, persediaan nikel di gudang bursa logam London telah anjlok 68,8 persen menjadi 94.830 ton.

Sementara itu, persediaan di gudang bursa berjangka Shanghai (ShFE) berada di di 4.711 ton, mendekati rekor terendah sejak Agustus 2021.

Kabar positif bagi nikel lainnya datang dari upaya pelonggaran moneter untuk menopang ekonomi yang melambat. Pasar berharap pelonggaran ini akan meningkatkan likuiditas dan meningkatkan permintaan logam.

Indonesia patut bersyukur karena dilimpahi sejumlah sumber daya energi dan tambang, termasuk nikel. Bahkan, 'harta karun' nikel Indonesia merupakan terbesar dibandingkan negara lainnya. Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni (nikel).

Jumlah cadangan tersebut merupakan 52 persen dari total cadangan nikel dunia yang mencapai 139.419.000 ton Ni. Data tersebut berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 dalam booklet bertajuk "Peluang Investasi Nikel Indonesia" yang merupakan hasil olahan data dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019.
Saham ANTM dan INCO Meroket

Kenaikan harga nikel membuat saham produsen nikel ikut mendapatkan apresiasi pasar. Pada perdagangan kemarin, dua pemain besar dalam industri nikel Tanah Air kompak mencatatkan kenaikan harga saham dengan didukung nilai transaksi yang relatif besar.

Harga saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) tercatat meroket hingga 12,17 persen ke level Rp1.935 per saham, disertai nilai transaksi Rp687,64 miliar sekaligus merupakan yang tertinggi kedua di bursa pada perdagangan kemarin.

Sementara itu, PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) terpantau mengalami penguatan 2,24 persen ke level Rp5.000 per saham, disertai nilai transaksi Rp570,98 miliar sekaligus merupakan yang tertinggi ketiga di bursa pada perdagangan kemarin.
Reksadana dengan Underlying Asset Saham ANTM & INCO

Melihat adanya sentimen positif terhadap saham ANTM & INCO, maka menarik untuk mengetahui kira-kira produk reksadana apa saja yang memiliki kedua saham ini dalam portofolionya.

Berikut beberapa reksadana di Bareksa yang tercatat menjadikan saham ANTM sebagai underlying asset dalam portofolionya.

Kemudian berikut beberapa reksadana di Bareksa yang tercatat menjadikan saham INCO sebagai underlying asset dalam portofolionya.


Berdasarkan penelusuran Bareksa dari fund fact sheet yang ada, setidaknya terdapat 14 produk reksadana yang tercatat memiliki saham ANTM dalam portofolionya dan 4 produk reksadana yang memiliki saham INCO dalam portofolionya. Jenis produk reksadana tersebut terdiri dari reksadana saham dan reksadana campuran.

​Reksadana tersebut di antaranya Batavia Dana Saham, Manulife Syariah Sektoral Amanah Kelas A, Principal Islamic Growth Syariah, Prospera BUMN Growth Fund, Shinhan Equity Growth, Simas Saham Unggulan, Cipta Syariah Balance, HPAM Syariah Ekuitas hingga Kresna Flexima.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

(KA01/Arief Budiman/AM)