Ini Hasil Hilirisasi Industri Tambang | News Update | AP3I
News
Ini Hasil Hilirisasi Industri Tambang
Jakarta, Petrominer – Upaya hilirisasi industri berbasis tambang dan mineral menunjukkan pertumbuhan pesat. Terutama industri smelter nikel, yang menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) feronikel, nikel hidrat dan stainless steel.
“Hingga saat ini, terdapat 27 smelter (pyrometallurgy dan hydrometallurgy nickel) yang sudah beroperasi, 32 di tahap konstruksi, dan 6 tahap di feasibility study,” ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Rabu (2/2).
Menurut Agus, Kemenperin telah menghitung nilai tambah hilirisasi logam berbasis bauksit, dari bijih bauksit menjadi ingot aluminium yang mencapai 12,25 kali lipat. Nilai tambah ini akan terus meningkat ketika ingot aluminium diolah menjadi produk manufaktur siap pakai atau produk jadi.
“Diperkirakan nilai tambahnya bisa meningkat 2-3 kali lipat dari ingot aluminium,” ungkapnya.
Dari hilirisasi bijih nikel akan dihasilkan produk stainless sebagai bahan baku produk-produk di hilir atau produk jadi seperti peralatan kesehatan, peralatan dapur, peralatan makan, kedirgantaraan, dan kendaraan listrik. Peningkatan nilai tambah dari bijih nikel melalui hilirisasi bisa mencapai 340-400 kali lipat.
Kemenperin juga terus berupaya mendorong peningkatan daya saing dan nilai tambah industri melalui hilirisasi berbasis agro, migas, dan batubara. Program hilirisasi ini memiliki nilai tambah lain berupa peningkatan investasi dalam negeri, pembukaan lapangan kerja, dan penyerapan tenaga kerja.
Terkait hilirisasi berbasis agro, industri kelapa sawit menunjukkan peningkatan hilirasi sangat baik. Pada tahun 2021, ratio volume ekspor bahan baku terhadap produk hilir adalah 9,27 persen bahan baku dibandingkan 90,73 persen produk hilir. Sedangkan dari jenisnya, terdapat 168 jenis produk hilir kelapa sawit pada tahun 2021.
Pada pengembangan industri berbasis migas dan batubara, saat ini sedang berjalan investasi pembangunan pabrik petrokimia pengolahan naphta oleh PT Chandra Asri dan PT Lotte Chemicals. Pabrik ini akan mengolah naphta dengan total 6,8 juta ton per tahun untuk diproduksi menjadi etilena, propilena, butadiena, benzena, dan lainnya.
“Termasuk juga proyek petrokimia oleh Pertamina di Balongan dan Tuban. Dengan semua investasi tersebut diharapkan Indonesia akan menjadi negara petrokimia nomor satu di ASEAN,” ujar Agus.
Dalam kesempatan itu, Menperin juga menyampaikan program-program yang telah dilaksanakan tahun 2021 untuk meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional. Antara lain melalui program insentif Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP). Program ini terbukti mampu menopang pertumbuhan dan peningkatan produksi kendaraan, serta berdampak pada industri kecil dan menengah(IKM) yang menjadi produsen komponen bagi produsen mobil.
PPnBM DTP juga meningkatkan permintaan input di sektor industri (backward linkage) Rp 36 triliun, dengan rincian Rp 30 triliun di sektor industri dan Rp 6 triliun di sektor non-industri. Selain itu, terdapat peningkatan output sektor otomotif (forward linkage) Rp 43 triliun, dengan rincian Rp 33 triliun di sektor industri dan non-industri Rp10 triliun.
“Dampak positifnya terhadap penciptaan kesempatan kerja baru pada sektor lainnya 175.674 orang,” tegasnya.
Program andalan selanjutnya adalah pengembangan industri halal. Kemenperin telah mengambil beberapa inisiatif. Antara lain penyusunan regulasi tentang industri halal dan penyusunan masterplan industri produk halal bersama Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).
“Program-program yang kami jalankan adalah substitusi impor dan fasilitasi peningkatan daya saing, pemanfaatan Indonesia-UAE Comprehensive Economic Partnership (CEPA) untuk ekspor industri halal, penciptaan kawasan industri halal terintegrasi, termasuk penyelenggaraan Indonesia Halal Industri Awards (IHYA) untuk menstimulasi sekaligus mengapresiasi para pelaku industri halal,” jelas Agus.
Kemenperin terus berupaya meningkatkan kontribusi sektor manufaktur terhadap perekonomian nasional. Dengan pagu anggaran tahun 2022 sebesar Rp 2,86 triliun, Kemenperin telah menyusun program-program prioritas sekor industri yang ditargetkan akan berdampak langsung pada masyarakat.
“Dalam keseluruhan anggaran tersebut, alokasi fungsi pendidikan Rp 982 miliar dan fungsi ekonomi Rp 1,87 triliun. Kami akan terus berupaya agar program-program yang berkaitan langsung dengan masyarakat bisa segera dieksekusi,” paparnya.
Saat membacakan kesimpulan rapat, Ketua Komisi VII, Sugeng Suparwoto, mengapresiasi apa yang telah dijalankan Kemenperin pada tahun 2021. Untuk tahun 2022, Komisi VII meminta Kemenperin mengupayakan peningkatan ekspor dan investasi yang sejalan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja di tanah air.
“Kami juga meminta Kemenperin bisa memanfaatkan momen G20 dalam mendorong percepatan hilirisasi industri dan investasi,” ujar Sugeng.