a a a a a
Proyek Rp 1,2 Triliun Milik Timah Beroperasi Akhir Q2-2022 | News Update | AP3I
logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Proyek Rp 1,2 Triliun Milik Timah Beroperasi Akhir Q2-2022

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Timah Tbk (TINS) terus berupaya merampungkan proyek pengembangan fasilitas pemurnian dan pengolahan timah yakni Ausmelt Furnance. Ditargetkan proyek yang memiliki nilai investasi mencapai Rp 1,2 triliun itu bisa selesai pada akhir kuartal II-2022 ini.

Direktur Utama TINS, Achmad Ardianto menyampaikan, bahwa pihaknya tengah berupaya mengejar pengoperasian proyek Ausmelt Furnance itu sesuai dengan yang ditargetkan. "Paling tidak akhir kuartal II-2022 ini kita bisa selesaikan," terang Achmad Ardianto saat ditemui CNBC Indonesia, Kamis (27/1/2022).

Ardianto menyampaikan, kelak jika Ausmelt Furnance itu sudah beroperasi maka kapasitas terpasang peleburan akan mencapai 40.000 ton crude tin. "Ausmelt ini stand alone dengan kapasitas 40.000 ton itu. Jika digabungkan dengan smelter yang ada sekarang ini, kita bisa full sampai 80.000 ton," ungkap Achmad Ardianto.


Sayangnya Achmad Ardianto belum bisa mengungkapkan rencana kerja TINS pada tahun ini, termasuk belanja modal (capital expenditure/capex) serta rencana produksi timah perusahaan. Di tahun 2021 TINS menyediakan capex senilai Rp 1,9 triliun.

Namun yang jelas, selain commissioning Ausmelt Furnance di kuartal II-2022 ini, TINS berencana akan mengembangkan cadangan timah primer dalam menambah produksi timah perusahaan.

Achmad Ardianto bilang menyatakan bahwa perbedaan antara cadangan rimah primer dengan aluvial adalah: Yang primer lebih kepada batuan bukan berbentuk seperti pasir layaknya timah aluvial.

"Kualitasnya bisa jadi sama, hanya teknologi prosesnya saja yang berbeda. Kalau cadangan primer ini, produksinya bisa lebih tersentral dan fokus ditempat itu," terang Achmad Ardianto.

Untuk sementara ini, cadangan timah primer yang terdeteksi perusahaan baru sekitar 1.000-an ton. Itu artinya belum bisa menjadi andalan perusahaan dalam menggenjot produksi timah.