Vale Indonesia (INCO) Rela Gerus Keuntungan untuk Terapkan Energi Bersih | News Update | AP3I
News
Vale Indonesia (INCO) Rela Gerus Keuntungan untuk Terapkan Energi Bersih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah mengambil haluan bisnis yang lebih fokus pada nilai berkelanjutan dengan berkiblat pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Tentu pelaksanaannya tidak mudah karena aspek ekonomi harus sedikit mengalah.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan, seluruh dunia mengkampanyekan penggunaan energi bersih. Hal ini tentu saja harus disesuaikan dengan perusahaan itu sendiri.
"Kalau bagi Vale Indonesia sudah menjadi value perusahaannya. Mereka rela mengurangi keuntungannya demi penggunaan energi bersih, itu yang paling penting," jelasnya Selasa (31/1).
Pihaknya melihat, jika sejauh ini perusahaan tambang yang konsisten pada penggunaan komitmen terhadap EBT barulah Vale Indonesia. Maka dari itu, Ridwan mengatakan, Vale Indonesia layak dijadikan contoh oleh perusahaan tambang lainnya sebagai perusahaan Green Mining.
Baca Juga: Harga Nikel Memoles Prospek Kinerja Vale Indonesia (INCO)
Selain menggiatkan penambangan, Ridwan mengatakan, emiten berkode saham INCO di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini juga sudah mulai melihat penanganan pasca-tambang atau reklamasi sehingga ada keseimbangan antara aktivitas keekonomian jangka panjang dengan mendapatkan keuntungan.
Demikian pula disampaikan oleh, Deputi IV bidang Koordinasi Wilayah dan Tata Ruang, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian sekaligus Ketua Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas, Wisnu Utomo.
Wisnu Utomo menilai Vale Indonesia telah menerapkan praktik pertambangan yang terintegrasi dengan baik. “Saya lihat disini Vale Indonesia sudah menerapkan yang namanya penambangan secara integrasi, salah satunya PLTA Balambano. PLTA ini adalah energi terbarukan yang bisa dipakai untuk sebagai sumber energi dalam pemurnian dari tambangnya," ujarnya.
Sejatinya, manajemen Vale Indonesia memutuskan untuk fokus pada nilai-nilai berkelanjutan untuk membangun fondasi bisnis yang solid dan selaras menghadapi perubahan tren bisnis dunia yang mengutamakan aspek ESG.
Sebelumnya, CEO Vale Indonesia, Febriani Eddy mengatakan sejak beroperasi 53 tahun lalu, Vale Indonesia sangat mendukung peningkatan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui praktik pertambangan yang berkelanjutan.
Untuk itu, Vale Indonesia telah mengawalinya dengan meningkatkan penggunaan EBT yakni telah membangun dan mengoperasikan tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas sebesar 365 Megawatt (MW) dan berkontribusi terhadap 36% total energi yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi. Pengoperasian tiga PLTA tersebut mampu mengurangi emisi CO2 lebih dari 1 juta ton CO2eq setiap tahun.
Tak hanya itu saja, pada operasional pabrik di Blok Sorowako telah diterapkan penggunaan teknologi electric boiler, dan pemanfaatan biodiesel B30. Hal tersebut dilakukan untuk mencapai target Net Zero Emissions pada 2050.
“Perseroan membuat komitmen publik yang sangat ambisius untuk mengurangi emisi karbon terkait dengan kegiatan penambangan, pengolahan, dan pada akhirnya, penggunaan produk kami. Tujuan kami adalah mengurangi emisi sebesar 30% paling lambat pada 2030 dan menjadi net zero emissions pada 2050. Hal ini sejalan dengan Paris Agreement yang telah ditandatangani Vale pada 2019 silam,” kata Febriany.
Demikian pula nantinya pada pembangunan pabrik baru di area Bahodopi, Sulteng yang akan menggunakan PLTG atau energi gas bumi. Pabrik tersebut akan menjadi pabrik nikel dengan emisi karbon per ton nikel terendah kedua setelah Sorowako yang menggunakan PLTA.
Menyusul kemudian pada proyek Pomalaa, di Sultra juga akan menerapkan operasional rendah karbon emisi. Febriany mengatakan, Vale Indonesia sangat fokus pada sektor pertambangan dan processing nikel, meski demikian tentunya operasional yang ramah lingkungan menjadi perhatian utama.
Direktur Vale Indonesia, Bernardus Irmanto menegaskan, urgensi ESG sangat penting karena INCO percaya bahwa industri pertambangan sangat penting untuk mendukung masa depan peradaban manusia yang lebih baik. Menurutnya, kegiatan dan proses penambangan harus juga mempertimbangkan kesinambungan dan keberlanjutan masa depan.
"Kita tidak boleh hanya mencari keuntungan jangka pendek dan mengorbankan kepentingan jangka panjang. How we mine is equally if not more important than what we mine. " jelasnya.
Bernardus menegaskan, keputusan menggunakan energi bersih di smelter tidak didorong karena alasan ekonomis belaka, tetapi INCO adalah perusahaan yang konsisten dalam menerapkan ESG. Tak hanya pada penerapan operasional ramah lingkungan, dari sisi komitmen terhadap Paris Agreement Vale Indonesia terus melakukan reklamasi pasca tambang serta pembibitan.
Di atas lahan seluas 2,5 ha di Sorowako, Sulawesi Selatan, dengan menghasilkan sebanyak 700.000 bibit per tahun untuk merehabilitasi 100 hektar area pasca tambang. Data per September 2021 total lahan yang sudah direklamasi mencapai 3.301 hektar.
INCO juga melakukan Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang merupakan program penanaman tanaman jenis kayu-kayuan dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di luar wilayah Kontrak Karya Vale Indonesia. Tujuannya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi DAS sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.
Saat ini rehabilitasi DAS dilakukan di 13 kabupaten dan 51 desa dengan luas 10.000 hektar tersebar di Luwu Timur seluas 1.490 hektar, Luwu dan Luwu Utara seluas 1.996 hektar, Tana Toraja seluas 1.190 hektar, Toraja Utara, Enrekang dan Pinrang seluas 979 hektar, Bone seluas 1.735 hektar, Soppeng dan Gowa seluas 1.135 hektar, Barru, Maros, Gowa dan Takalar seluas 1.475 hektar.