logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Grasberg Habis 2019, Dari Mana Sumber Emas Freeport?

Grasberg Habis 2019, Dari Mana Sumber Emas Freeport?
Mimika, CNBC Indonesia- Tambang emas legenda Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Papua akan habis kandungan mineralnya dan berhenti beroperasi pada pertengahan tahun ini.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia, Tony Wenas, mengatakan dengan ditutupnya tambang Grasberg, maka produksi Freeport di Papua akan turun di tahun ini hingga 2020. Produksi baru akan naik pada 2022. Sebagai gantinya, produksi emas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah, yang lokasinya di bawah Grasberg.

"Di 2019 dan 2020 produksi turun karena transisi ke tambang bawah tanah. Di 2022 produksi akan kembali ke 200 ribu ton per hari. Grasberg selesai pertengahan tahun ini, sekarang hanya memaksimalkan tambangnya saja. Setelah itu underground," papar Tony di Timika, Papua, Kamis (2/5/2019).

Tony mengatakan, potensi mineral di tambang bawah tanah Freeport di Papua masih bisa digali hingga 2052. Ini melebihi jangka waktu Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport yang habis 2041.


"Bahkan ada potensi sumber daya lagi sebanyak 2 miliar ton. Bila ini terbukti, maka bisa ditambang hingga 10-15 tahun lagi (dari 2052)," ujar Tony.

Untuk tambang bawah tanah, hingga 2019 Freeport sudah menghabiskan invrstasi sekitar US$ 16 miliar. Dan ke depan masih akan ditambah investasinya hingga US$ 15 miliar. Freeport juga mempersiapkan investasi US$ 2,7 miliar untuk membangun smelter yang rencananya akan dilakukan di Gresik, Jawa Timur.

Soal smelter, saat ini Freeport sudah memiliki smelter dengan kapasotas 1 juta ton atau baru mampu menyerap 40% dari total profuksi Freeport setahun. Karena itu dibangun smelter tambahan di Gresik dengan kapasitas tambahan 2 juta ton.

"Selama ini konsentrat hasil tambang Freeport sebagian besar dijual ke China, Jelang, serta India. Tidak ada yang dijual ke Amerika Serikat," kata Tony.

Tony mengatakan, sepanjang 2018 lalu, Freeport mengeluarkan sekitar US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun untuk program pengembangan masyarakat di Papua.

Di tempat yang sama, Menteri ESDM, Ignasius Jonan, meminta Freeport bisa mengeluarkan 2% dari pendapatan brutonya untuk program pengembangan masyarakat hingga ke seluruh pelosok Papua. "Sehingga masyarakat Papua bisa merasakan peran Freeport di sini," ujarnya.