logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Kawal proyek strategis hilirisasi, Bos MIND ID: Kalau tidak cepat, "supir" diganti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mining Industry Indonesia (MIND ID) mematok target untuk mengakselerasi proyek-proyek strategis yang dimiliki anak usahanya. Selaku Holding pertambangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), MIND ID ingin pengerjaan dan penyelesaian proyek hilirisasi tidak meleset dari target.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan, setiap anak usaha MIND ID memiliki proyek hilirisasi. Oleh sebab itu, ia menyatakan bahwa pengerjaan hilirisasi menjadi fokus MIND ID di tahun ini.


Orias bahkan menegaskan, pengerjaan proyek-proyek tersebut menjadi tugas prioritas bagi setiap Direktur Utama anak usaha holding tambang plat merah itu, dan menjadi standar penilaian kinerja masing-masing direktur utama.

"Fokus kita di tahun ini mengeksekusi proyek-proyek yang ada. Kalau nggak cepat, nggak sesuai (jadwal), "supir" diganti! Saya juga begitu, itu prinsipnya!" tegas Orias saat diwawancarai Kontan.co.id, Kamis (16/1).

Dari sejumlah proyek-proyek hilirisasi anak-anak usaha MIND ID, paling tidak ada enam proyek strategis di tahun ini. Pertama, proyek smelter feronikel PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) di Halmahera Timur.

Proyek smelter berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) ini awalnya ditargetkan beroperasi pada tahun lalu. Namun, jadwal tersebut harus molor lantaran terganjal penyediaan listrik. Smelter ini pun ditargetkan harus bisa beroperasi komersial pada tahun ini.


Selanjutnya, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) memiliki paling banyak proyek strategis. Dua proyek adalah proyek gasifikasi batubara, yakni kongsi bersama Pertamina dan Air Product di Peranap, serta proyek di Tanjung Enim yang bekerjasama dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri.

Dalam catatan Kontan.co.id, PTBA akan fokus pada proyek gasifikasi untuk menghasilkan produk dimethylether (DME) di Tanjung Enim. Pada tahun ini, proyek tersebut memasuki tahap detail konsep desain atawa front end engineering design (FEED), lalu masuk pada tahap engineering procurement construction (EPC) yang ditargetkan rampung di akhir 2021. Proyek ini ditargetkan bisa rampung pada 2023 atau 2024.

Selain dua proyek gasifikasi, PTBA juga memiliki proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang Sumsel 8. Pembangkit berkapasitas 2 x 620 Megawatt (MW) ini ditargetkan bisa beroperasi komersial pada tahun 2022.

Proyek strategis kelima adalah smelter tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI). Proyek yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas 2 juta ton konsentrat tembaga ini ditargetkan bisa rampung pada 2023.


Keenam, proyek smelter grade alumina refinery (SGAR) berkapasitas 1 juta ton yang berlokasi di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek yang digarap oleh PT Inalum (Persero) dan Antam ini ditargetkan bisa rampung pada 2021.

Orias bilang, proyek ini sedang dalam proses penyiapan lahan dan ditargetkan sudah bisa peletakan batu pertama di Semester I tahun ini.

Sementara untuk PT Timah Tbk., Orias mengatakan bahwa perusahaan plat merah berkode emiten TINS itu diminta mengawal proyek smelter ausmelt. Proyek senilai US$ 80 juta itu dirancang memiliki kapasitas 40.000 ton Sn, dan ditargetkan bisa rampung pada Semester II 2021.

Selain itu, Orias bilang bahwa TINS juga diminta untuk merampungkan kajian teknis dan keekonomian dalam pengembangan mineral tanah jarang yang akan menjadi proyek jangka panjang holding pertambangan. "Kita lihat keekonomiannya seperti apa, cara mengambilnya bagaimana, kan lama itu harus riset dulu," sebutnya.

Baca Juga: Harga aluminium bisa bergerak ke US$ 2.000 setelah kesepakatan dagang AS-China

Orias memastikan, proyek-proyek hilirisasi tambang anak-anak usaha MIND ID bisa dikawal sesuai jadwal. "Semua anak usaha ada proyek. Jadi kita pastikan, proyek-proyek itu jalan," tegas Orias.

Adapun, untuk kelancaran proyek-proyek hilirisasi tersebut, belanja modal alias capital expenditure (capex) konsolidasi MIND ID dianggarkan sekitar Rp 25 triliun di tahun 2020. Menurut Orias, jumlah itu tak jauh beda dari capex tahun lalu.

Orias bilang, hampir seluruh anggaran capex itu bersumber dari pendanaan pihak ketiga. "Maksudnya pihak ketiga itu bisa pinjam, bisa juga bermitra," ungkap Orias.