logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Kunjungan Tim Kemenko Maritim RI dan Investor dari Tiongkok (China Gezhiuba Group Co.Ltd) ke Pabrik Peleburan PT Inalum (Persero)

Kunjungan Tim Kemenko Maritim RI dan Investor dari Tiongkok (China Gezhiuba Group Co.Ltd) ke Pabrik Peleburan PT Inalum (Persero)
Batu Bara, Pindo - Studi kelayakan atas Proyek Pembangunan PLTU 2 x 350 MW untuk pengembangan smelter aluminium milik Inalum di Kuala Tanjung telah selesai.
Untuk mendukung proses peleburan aluminium secara terus-menerus selama 24 jam, dibutuhkan PLTU yang andal dengan tingkat rata-rata availability 90% dan reliability 94%.

"Tentunya juga harus dengan teknologi ramah lingkungan sesuai regulasi di Indonesia dan dunia internasional," terang Direktur Utama PT INALUM (Persero), Winardi, didampingi Direktur Operasi dan Pengembangan Bisnis SS Sijabat, dan Manajer Project PLTU, Dante Sinaga belum lama ini.

Keberadaan PLTU ini tidak hanya penting bagi Inalum yakni sebagai sumber energi baru untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium dari 250.000 ton menjadi 500.000 ton per tahun pada tahun 2021.

"Tapi juga penting dalam menghasilkan listrik yang akan disalurkan kepada Klaster Industri Aluminium atau Kawasan Industri Kuala Tanjung dengan skema alternatif yang saat ini sedang dijajaki kerjasama dan kemungkinannya," lanjut Winardi yang baru saja didaulat menerima penghargaan dari BUMN Track dalam acara BUMN Branding and Marketing Awards untuk kategori The Best Product Quality Management BUMN Award 2016 di Jakarta pada Desember lalu.

"Sejalan dengan selesainya studi kelayakan, kami juga sedang mengejar penyelesaian aspek perizinan dan lahan, untuk perizinan kami telah mendapatkan izin prinsip dari Bupati Batu Bara dan BKPM."

"Saat ini izin lingkungan dan lokasi sedang dalam proses pengurusan dan diharapkan akan selesai pada triwulan pertama tahun 2017," timpal SS Sijabat.
Ditambahkan Winardi, Saat ini pihaknya sedang mencari mitra dalam membangun PLTU ini. Baik dalam skema konsorsium atau joint venture atau dalam bentuk kerjasama operasi dengan mempertimbangkan proyeksi keuntungan dari harga komoditas aluminium.

"Yang kami hasilkan yang saat ini Alhamdulillah harganya terus membaik di pasar Internasional (London Metal Exchange)."

"Kami juga siap menjadi off taker dimana power plant dibangun oleh pihak lain di atas lahan yang telah kami persiapkan dengan skema BOT (Build, Operation & Transfer) atau option lain yang saling menguntungkan," papar Winardi.

"Untuk pengembangan primary aluminium smelter, dibutuhkan energi listrik tambahan sebesar 350 MW dengan harga 4 Cent Dollar/ Kwh dengan tetap ditopang dengan kapasitas 2 PLTA kami di Toba Samosir dan Asahan untuk existing smelter," terang Sijabat.

Sebagaimana diketahui, Inalum adalah satu-satunya smelter aluminium di Indonesia. Sejak menjadi BUMN termuda pada tahun 2013 yang lalu, dinahkodai Winardi, Inalum telah bergerak untuk melakukan ekspansi bisnis hingga 1 juta ton aluminium/tahun.

Sumatera Utara dan Kalimantan Utara sebagai backbone bisnisnya secara terintegrasi dari Hulu hingga ke Hilir. Kuartal pertama 2017, Inalum yang akan diamanahkan oleh pemerintah menjadi induk holding BUMN pertambangan akan mulai masuk di bisnis Hilir yang lebih value added dengan memproduksi alloy dan billet.

Potret kinerja yang terus membaik setelah diakuisisi oleh negara, telah menempatkan Inalum sebagai Best BUMN Performance 2016 versi majalah SWA untuk kategori energi dan pertambangan dengan asset dibawah 100 Triliun Rupiah.

Prestasi ini tentu dapat menjadi daya tarik bagi para investor untuk bermitra dengan kami guna ekspansi bisnis Inalum , khususnya dalam hal power plant dalam memenuhi kebutuhan listrik yang besar untuk industri. **(pindomerdeka.com)