logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Mengolah Nikel dengan Memanfaatkan Energi Terbarukan

Mengolah Nikel dengan Memanfaatkan Energi Terbarukan
Selain pertambangan nikel, PT Vale Indonesia Tbk yang sudah beroperasi sekitar setengah abad juga identik dengan tiga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dibangun di Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Tiga PLTA yang tersebut digunakan untuk menenuhi tenaga listrik tanur pelebur dan pengolah nikel. PLTA yang merupakan energi terbarukan itu, bernama PLTA Larona, Balambano, dan Karebbe.

Masing-masing PLTA itu beroperasi pada 1978, 1999, dan 2011, dengan ke semua turbin dan generatornya digerakkan oleh aliran Sungai Larona yang ditampung di tiga bendungan. "Ada sumber air besar yang memungkinkan untuk dapat digunakan, jadilah kita membangun tiga unit PLTA itu yang menghasiilkan listrik 365 megawatt (MW)," ujar Senior Manager of Communications PT Vale Indonesia, Budi Handoko saat berbincang dengan Republika, belum lama ini.

Untuk sumber tenaganya, PLTA mendapatkan dari tiga danau yang berada di Luwu Timur, yaitu Matano, Mahalona, dan Towuti yang mengalirkan air melalui Sungai Larona menuju turbin. Sedangkan untuk mengontrol level air Danau Matano, diatur melalui pintu-pintu air Petea. Bangunan ini terdiri enam set pintu air yang dioperasikan secara manual berdasarkan kondisi level Danau Matano dan Towuti.

Di sisi lain, ketiga PLTA juga berfungsi sebagai bangunan pengendali banjir melalui sistem kontrol di pintu-pintu air tersebut. Hal itu diketahui bila curah hujan tinggi, debit air sungai dapat meluap dan dapat berdampak pada pemilik area pertanian di daerah hulu.

PT Vale dalam mengoperasikan PLTA tidak sedikit pun mengambil debit air Sungai Larona, melainkan hanya membendungnya untuk dialirkan sebagai penggerak turbin dan generator. Alhasil, listrik yang dialirkan benar-benar tidak menimbulkan ekses negatif bagi lingkungan sekitarnya.

Selain itu, penggunaan energi bersih dari pengoperasian tiga PLTA itu mampu menurunkan ketergantungan perusahaan terhadap bahan bakar fosil sebagai pemasok energi ke pabrik pengolahan. Saat ini, sebesar 94 persen konsumsi energi PT Vale bersumber dari energi terbarukan. Hal itu berdampak pada PT Vale menjadi salah satu produsen nikel berbiaya rendah karena memiliki keunggulan operasional berkat tiga PLTA yang dioperasikan.

Melalui keberadaan PLTA pula, perusahaan berkontribusi mengurangi pemakaian bahan bakar fosil sekaligus mereduksi emisi karbon sebesar 500 ribu ton CO2eq per tahun. Alhasil, dunia pertambangan yang selama ini kerap dikaitkan dengan berbagai hal negatif terhadap kelestarian lingkungan malah ditepis PT Vale.

Budi menuturkan, investasi yang dilakukan perusahaan dengan mendirikan PLTA dilakukan untuk jangka panjang. Tujuannya untuk mendukung usaha peningkatan produksi nikel dengan mengutamakan efisiensi biaya produksi. Selain menambang, sambung dia, PT Vale juga sekaligus mengolah nikel menggunakan teknik metalurgi.

"Peleburan dan pengolahan hasil tambang ini kan membutuhkan tenaga yang besar, kebetulan ada potensi energi di Sorowako karena ada tiga danau dari Sungai Larona, jadi kita manfaatkan dan butuh sekitar 300-an MW. Ini setara bisa menerangi satu kota," ujar Budi.

Dia mengatakan, sejak PLTA pertama kali produksi sekitar 41 tahun lalu, listriknya juga dialirkan ke rumah-rumah penduduk yang mendiami Desa Sorowako, yang menjadi lokasi pertambangan PT Vale. Untuk saat ini, lanjut Budi, ada sebagian pasokan listrik dari tiga PLTA yang dijual ke PT Pembangkit Listrik Negara (PLN), dan hasilnya masuk kas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Luwu Timur.

"Kita donasikan sekitar 10,7 MW listrik di area kami ke masyarakat melalui PLN. Bukan dijual ke PLN, tapi diserahkan ke jaringan PLN, dan menjadi pemasukan pemda," ujar Budi.

Menurut Budi, donasi listrik itu sebagai bentuk komitmen perusahaannya dalam membantu meningkatkan ke pendapatan asli daerah (PAD) Pemkab Luwu Timur. Berdasarkan catatan resmi Pemkab Luwu Timur, APBD 2018 tercatat sekitar Rp 1,5 triliun. Karena itu, porsi pembangunan di wilayah itu sebagian besar disumbang dari pajak dan dana pertanggungjawaban sosial (CSR) perusahaan.

Budi mengklaim, ekonomi masyarakat Luwu Timur sangat bergantung dari aktivitas pertambangan. Hal itu lantaran kontribusi PT Vale kepada Pemkab Luwu Timur dan masyarakat sudah tak terhitung lagi. Selain itu, kunci sukses perusahaan juga berkat cara mengelola pertambangan berkelanjutan (sustainable mining), yang keberadaannya memberi manfaat masyarakat sekitarnya.

"Kabupaten Luwuk Timur sendiri PAD yang diterima 95 persen mungkin dari PT Vale. Bahkan pemasukan Sulawesi Selatan dari Vale porsinya sangat besar," ungkap Budi.

Kasat Komunikasi Korporat PT PLN, I Made Suprateka menuturkan, PT Vale merupakan satu dari sekian perusahaan yang menjalin kerja sama dengan lembaganya dalam penjualan aliran listrik. Menurut dia, PT PLN memang mendorong agar berbagai perusahaan dengan skala besar, khususnya yang beroperasi di Indonesia timur, untuk membuat pembangkit berbasis energi terbarukan.

"Kami membeli listrik dari perusahaan (Vale) untuk menjaga suplai, karena sebelum pembangunan pembangkit sudah ada kesepakatan mengenai jual beli listrik. Kalau PLN membangun, pasti rugi karena biaya produksi tinggi tapi harga jual ke masyarakat harus sama," ujar Made.

Made mengatakan, hingga saat ini PT PLN belum dapat melayani seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah Indonesia timur. Karena itu, pihaknya sangat tertolong kalau ada perusahaan yang memanfaatkan potensi energi terbarukan menjadi tenaga listrik. Pasalnya, pembangunan pembangkit listrik, baik tenaga air, angin, panas bumi membutuhkan biaya investasi tinggi. Padahal, harga jual pokok produksi listrik di seluruh Indonesia sama.

Sehingga, adanya perusahaan yang berkomitmen membangun pembangkit listrik turut membantu pemerintah dalam program meningkatkan elektrifikasi listrik. "Apalagi ini listrik dari PLTA, kami malah mendorong investor agar mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) agar bisa menerangi masyarakat di sana. Negara sangat perhatian dengan adanya pembangkit energi terbarukan," ujar Made.

Tahan gempa

Efek gempa di Kabupaten Donggala, Sulawesi Tenggara dengan magnitudo 7,7 skala Richter mengakibatkan rambatan gelombang sehingga getarannya terasa sampai ke Luwu Timur, yang menjadi wilayah operasi PT Vale. Musibah itu dikhawatirkan mengganggu operasi PLTA, lantaran ada masalah pada dinding penahan bendungan.

Director of Communications and External Affairs PT Vale Indonesia, Gunawardana Vinyaman menuturkan, perusahaan memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang baku dalam melakukan pemeriksaan kondisi bendungan pascaterjadinya gempa. "Kami melakukan inspeksi visual untuk mendapatkan gambaran awal, terutama pada alat atau area kiritikal, berupa kondisi beton, tubuh bendungan, bangunan powerhouse, dan debit kebocoran head pond," ujar Gunawardana.

Setelah itu, petugas melakukan pengambilan data pada instrumen-instrumen bendungan yang cukup kompleks untuk dianalisis. “Selain inspeksi yang dilakukan dalam situasi khusus, PT Vale juga senantiasa melakukan surveillance berkala terhadap tiga PLTA yang dimiliki dan dikelola oleh perusahaan,” kata Gunawardana.

Dia menyatakan, PLTA Balambano, Larona, dan Karebbe, dibangun dengan memperhitungkan potensi gempa maksimum yang mungkin terjadi di suatu wilayah. Tentu saja teknologi yang dibangun juga mempertimbangkan seismisitas, misalnya patahan ataupun tektonik dari wilayah tersebut dan disesuaikan dengan target risiko.

PT Vale, kata Gunawardana, juga tunduk pada peraturan dan ketentuan keamanan bendungan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 72/PRT/1997 tentang Keamanan Bendungan. Hal tersebut diimplementasikan melalui pembangunan sistem peringatan banjir (flood warning system) di daerah aliran sungai (DAS) dan permukiman warga. "Hasilnya, PLTA dinyatakan aman berdasarkan hasil inspeksi dan semuanya dalam kondisi normal," ujarnya.