logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Tergeser dari Produsen Nikel Terbesar RI, Begini Respons Vale

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) telah menggantikan posisi PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjadi produsen logam nikel terbesar di Indonesia sejak 2018, meski pada 2014 kontribusi Vale terhadap produksi logam nikel nasional mencapai 77%.

Menanggapi hal ini, Deputy CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan hal tersebut tidak mengganggu perusahaan karena Vale tidak berfokus untuk menjadi produsen terbesar di negara ini.

Menurutnya, Vale tidak hanya melihat volume, namun juga beberapa aspek penting lainnya seperti keselamatan kerja karyawan, keuntungan, dan keberlanjutan usaha (sustainability).



Begitu juga dari perspektif pasar, menurutnya barang yang diproduksi oleh Vale itu diekspor ke Jepang, sehingga tidak berebut pangsa pasar dengan produsen lainnya di Indonesia.

"Strategi bisnis kami tidak fokus menjadi produsen terbesar. Kalau dilihat Morowali di atas Vale ya kita tidak hanya melihat volume," paparnya dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Rabu, (14/10/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan, dengan sumber daya dan cadangan di kontrak karya Vale yang sangat strategis, pihaknya berencana investasi di proyek smelter Pomalaa, Sulawesi Tenggara dan Bahodopi, Sulawesi Tengah.

Dia mengatakan, smelter baru di Bahodopi ini, perusahaan akan bermitra dengan perusahaan asal China. Smelter ini akan memproduksi feronikel dan juga nickel pig iron (NPI) yang bisa diolah menjadi stainless steel.

Sementara di Pomalaa yakni smelter High Pressure Acid Leaching (HPAL) yang akan bermitra dengan perusahaan asal Jepang yakni Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM). Adapun produk dari smelter HPAL ini akan cocok dijadikan bahan baku baterai.

Selain itu, Vale juga berencana melakukan ekspansi di smelter yang telah ada di Sorowako, Sulawesi Selatan dengan kapasitas tambahan sekitar 10 ribu ton nickel matte dari kapasitas saat ini sekitar 73 ribu ton.

"Tiga projek ini besar sekali. Kita sadar harus lewat partnership. Saat ini sedang merampungkan negosiasi dengan partner kami dan proses perizinan dan financing karena tiga hal itu perlu waktu," jelasnya.

Dia mengatakan, investasi yang dibutuhkan untuk ketiga proyek itu mencapai US$ 5 miliar. Namun investasi tersebut akan dilakukan bersama dengan mitra, bukan hanya porsi Vale. Di kedua projek patungan ini, menurutnya Vale akan menjadi pemegang minoritas.

"Untuk kebutuhan investasi dari total smelter di Pomalaa dan Bahodopi yang akan membentuk JV dengan partner, ditambah dengan proyek ekspansi smelter Sorowako, itu mencapai US$ 5 miliar. Total investasi itu bukan hanya dari Vale sendiri," jelasnya.

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengatakan IMIP kini menjadi pemain terbesar di industri nikel Indonesia dengan persentase bahkan mencapai 50% sejak 2018. Menurutnya, hal ini menunjukkan perkembangan industri nikel di Tanah Air berubah sangat cepat.

Berdasarkan data pemaparan Irwandy, pada 2014 industri nikel masih dikuasai Vale sebesar 77%, lalu disusul PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sebesar 19% dan lainnya 3%. Tak butuh waktu lama dalam mengubah komposisi, pada 2018 industri nikel langsung dikuasai oleh Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).

Sejak 2018,IMIP disebutkan menguasai sebesar 50%, lalu disusul PT Vale Indonesia Tbk yang turun menjadi sebesar 22%, Virtue Dragon 11%, Harita 6%, Antam juga turun menjadi hanya 5%, serta lainnya sebesar 6%.

"Kalau lihat dari sini, yang perkembangannya perlu kita cermati yaitu bahwa pada 2014 industri nikel dikuasai Vale 77% dan Antam 19% dan lainnya 3%, tapi pada 2018 IMIP menguasai 50% dan Vale turun jadi 22%," tuturnya.

Irwandy mengatakan, sama dengan komposisi yang berubah drastis dari 2014 ke 2018, dia memproyeksikan kondisi yang sama akan berulang di masa depan, yakni pada 2023. Dia memperkirakan komposisi industri nikel pada 2023 juga akan berubah drastis.

"Tahun 2023 komposisinya pasti akan berubah drastis," ujarnya.