logo
Short Landscape Advertisement Short ~blog/2022/2/1/pak prihadi
Bersama Kita Membangun Kemajuan Industri Smelter Nasional
News

Usai Divestasi, Ini Berkah Bagi Emiten BUMN di Freeport

Usai Divestasi, Ini Berkah Bagi Emiten BUMN di Freeport
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah emiten BUMN diprediksi akan mendapatkan proyek dari PT Freeport Indonesia setelah 51% saham perusahaan tambang yang berbasis di Papua tersebut berhasil diambilalih oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), holding BUMN Pertambangan.

Beberapa emiten BUMN yang diproyeksikan mendapatkan berkah bisnis Freeport di antaranya PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Antam Tbk (ANTM), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Krakatau Steel Tbk (KRAS).

Selain itu masih ada lagi BUMN lain yang juga bakal kecipratan rezeki dari Freeport seperti PT Pindad (Persero) untuk persenjataan dan PT Dahana (Persero) yang bergerak pada industri bahan peledak.

"PTBA, Timah dan Antam juga pasti akan ikutan karena Inalum adalah induk usahanya. Potensi Pindad dan BUMN lain bermitra denga Freeport terbuka lebar," kara Ferdi Hasiman, Peneliti Alpha Research Database, kepada CNBC Indonesia, Senin (4/2/2019).

Ferdi dalam bukunya Freeport: Bisnis Orang Kuat VS Kedaulatan Negara, juga mengungkapkan selama ini banyak perusahaan mendapatkan rezeki dari bisnis Freeport. Perusahaan-perusahaan tersebut juga berafiliasi dengan orang-orang kuat di negeri ini.

Dia mengungkapkan misalnya PT Ancora International Tbk (OKAS) yang memasok bahan peledak (ammonium nitrate) ke Freeport untuk keperluan tambang. Perusahaan ini didirikan mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.


Kemudian, anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI), yang menyediakan jasa pelabuhan di Timika untuk Freeport. Indika, menurut Ferdi, punya afiliasi kuat mengingat ada nama-nama besar di sana, seperti Wiwoho Basuki Tjokronegoro yang sempat menjadi Komisaris Utama dan mantan Menteri Keuangan Chatib Basri sebagai Komisaris Independen.

Pada 2011, Ancora meraup pendapatan Rp 281 miliar dari Freeport pada 2011. Adapun pada 2010 dan 2011, KPI mendapat Rp 226 miliar dan Rp 232 miliar.


Selanjutnya, ada PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang menyalurkan BBM untuk Freeport. Perusahaan ini dikendalikan oleh keluarga Adikoesoemo yang disebut mitra bisnis Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.

Tak hanya itu, ada pula kontraktor PT Darma Henwa Tbk (DEWA) (Bakrie Group) dan perusahaan Pangansari Utama yang menyediakan katering untuk karyawan Freeport. Dari segi nilai, AKR Corporindo mencatat pendapatan hingga Rp 1,88 triliun dari Freeport pada 2011 dan Darma Henwa mengantongi kontrak 11 juta dollar AS untuk membangun terowongan dan jalan.

Ancaman Pemain Lama Tergeser
"Kontrak freeport dan Ancora mungkin suda hampir berakhir. Akses pemegang saham Ancora dengan penguasa juga semakin jauh. Jadi ini yang membuat Freeport sebagai operator punya leluasa bermitra dengan yang lain."

Dengan fakta masuknya Inalum, Ferdy menyakini kendali Inalum akan mengubah rantai bisnis Freeport selama ini. Selain BUMN Pindad dan Dahana yang menjadi pemasok bahan peledak. PT Pertamina (Persero) bisa menjadi penyuplai kebutuhan BBM untuk Freeport, atau Krakatau Steel bisa menjadi pemasok baja.

"Kehadiran BUMN diyakini akan berdampak kepada "pemain lama". Termasuk perusahaan pengangkut konsentrat dari Timika ke Smelter di Gresik, karena ada ketentuan Freeport membangun smelter di Papua. Jadi tinggal tunggu siapa yang akan bertahan dan tersingkir dari rantai bisnis Freeport. Yang bertahan adalah orang-orang "kuat", yang tetap dekat dengan kekuasan."

Menurut Ferdi, secara politik kemitraan Freeport dengan BUMN dinilai lebih baik karena pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla akan memberi ruang bagi BUMN lebih besar lagi setelag Inalum masuk.

Namun ada beberapa mitra lama Freeport yang peluang bisnisnya berpotensi lebih kencang yakni AKRA dan Pangansari karena pemegang saham masih keduanya masih di dalam kekuasaan.

"Itu bisa dilihat dari lokasi pembangunan smelter di Gresik yang berpindah dari lahan milik Petrokimia ke AKR."

Selain itu, posisi PT Trakindo Utama milik keluarga Hamami, sebagai pemasok alat berat di Freeport bisa terancam karena ada pesaing lain yang lebih tangguh dan berpotensi masuk ke Freeport yakni anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), PT United Tractors Tbk (UNTR).

Potensi bisnis yang bakal digarap Inalum dan anak usahanya ke depan ialah membangun smelter grade alumina di Mempawah, Kalbar, dan pengembangan pabrik feronikel di Halmahera, Maluku Utara.

"Bukit Asam bisa bertugas supply batu bara. Apalagi banyak PLTU mulut tambang dioperasikan Bikit Asam. Ruang PTBA untuk bermitra dengan Freeport makin besar karena porsi batu bara dalam bauran listrik nasional besar dan penggunaan BBM perlu dikurangi."